Monday 8 September 2014

SOSMED, TREND NEGATIV / POSITIF ?

Belakangan sering beredar berita-berita soal SOSIAL MEDIA dikalangan masyarakat luas, baik itu yang positif atow yang negativ. Karena perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat, banyak media sosial yang bermunculan yang dikeluarkan oleh para pengembang. Banyaknya aplikasi-aplikasi pendukung media sosial ini diharapkan banyak membantu para penggunanya, terutama dalam berkomunikasi.

Diantaranya yang hadir meramaikan aplikasi media sosial yakni PATH, TWITTER, FACEBOOK, FLICKR, INSTAGRAM, WHATSUP, LINE, KAKAOTALK, dll. Faktor kebebasan dalam berekspresi inilah yang disukai para pengguna medsos dan juga dengan adanya medsos ini menjadikan para penggunanya tak terbentur masalah jarak, ruang, dan waktu. Mereka jadi lebih fleksible dalam berkomunikasi, bertukar data, dan berbagi informasi. Semuanya menjadi lebih mudah untuk dilakukan.

Dalam menggunakan aplikasi-aplikasi media sosial ini para netizen ( para pengguna internet ) jadi lebih mudah untuk meng-upload segala sesuatu yang sedang dikerjakannya, bahkan bisa mengabadikan momen-momen yang terjadi. Tapi terkadang dengan adanya kebebasan dari para pengguna medsos, tak jarang menimbulkan pertentangan itu sendiri.

Seperti yang kita ketahui beberapa waktu lalu muncul kasus menghebohkan tentang status mahasiswi FH UGM, Florence yang isinya menjelek-jelekan suatu daerah. Florence meng-upload status tersebut karena merasa kesal pada salah satu SPBU di jogja, namun status yang disebarluaskan itu malah menjadi ejekan oleh para netizen. Florence pun harus berurusan dengan pihak yang berwajib, karena ulahnya itu.

Tidak berkaca pada kasus yang menimpa Florence, beberapa waktu lalu wali kota Bandung, Ridwan Kamil melaporkan akun twitter bernama @kemalsep pada pihak yang berwajib. Walikota Bandung ini merasa kesal kepada @kemalsept karena status-statusnya yang menjelek-jelekan kota bandung dan dirinya.

Ridwan Kamil saat memimpin penyegelan perusahaan tanpa izin, yakni, MOR Store, di Jalan Sunda, No.16, Bandung, Jawa Barat, Sabtu, (17/5/2014)

Nampaknya kemajuan teknologi terkadang sering disalah gunakan oleh beberapa oknum pengguna sosmed. Sering kali kebebasan dalam ber ekspresi tidak dibarengi dengan prilaku atau etika yang baik dalam ber-sosmed. Seperti halnya pepatah mengatakan 'ibarat sayur kurang garam' nampaknya kita harus benar-benar belajar lebih dalam sosal cara dan etika dalam ber-sosmed.

No comments:

Post a Comment